04/06/11

Cerpen
Syarifah … !

Oleh : Siti Kamariah, Spd.

Pagi ini seperti biasa kutunaikan tugas menemui anak-anak yang siap menerima segala ilmu dariku. Mereka pasti berharap aku datang tepat waktu. Oleh karena itu kupercepat langkah laki untuk memasuki kelas VII D. Saat kulewati lorong-lorong kelas, nampak di sisi kanan teras setiap kelas aneka bunga dan pepohonan tumbuh dengan suburnya. Amboy, syukur yang tak terhingga, Engkau tempatkan aku bertugas di sekolah yang asri dan indah, bahkan terindah di kota Banjarmasin ini.
“Assalamualakum, anak-anak”, sapaku dengan penuh semangat.
“Waalaikum salam warahmatullahiwabarakatuh”, jawab anak-anak kelas VII D tak kalah semangat.

Wajah mereka penuh harap, lucu, bahkan terkadang menggemaskan. Maklum hari ini adalah materi lanjutan tentang mengungkapkan pengalaman pribadi mereka yang paling mengesankan.
“Bagaimana anak-anak, sudah siap semua?’
“Siap, Bu !” , jawab mereka serentak.



Sambil berjalan , kucoba melihat-lihat hasil yang telah mereka tuangkan dalam lembar-lembar kertas tulis. Ada yang singkat, ada yang panjang berbelit-belit, juga ada yang penuh warna-warni menghiasi tulisannya. Senang campur bangga melihat hasil karya tulisan mereka. Sesederhana apapun hasilnya, aku ingin melihat mereka agar membacakannya di muka kelas .
“Anak-anak, sebelum kalian membacakan di muka kelas, terlebih dahulu marilah kita bersama-sama membaca Basmalah agar bisa berjalan dengan lancar dan tertib, mulai !”, pintaku.

Anak-anak pun bersama-sama membaca Basmallah. Hal ini menjadi kebiasaanku agar memulai sesuatu yang baik dengan doa. Satu-persatu, anak-anak maju ke depan kelas. Pengalaman mereka cukup unik dan menarik untuk disimak. Terkadang aku tak tahan sambil kupalingkan wajah sedikit dari anak-anak agar mereka tak melihat mataku berair menahan rasa gelitik diperut. Sungguh kocak gaya mereka.

Tiba-tiba suasana berubah menjadi hening dan terdiam, ketika kupanggil “Syarifah” maju ke depan kelas. Teman-temannya berubah sikap, yang semula gembira dan riang mendengar cerita dari teman-temannya . Kali ini entah apa yang ada di benak mereka sehingga suasana berubah drastis.
“Ya, Syarifah , silakan mulai !, kataku dengan lembut.
Aku berpikir, mungkinkah teman-temannya sudah mengetahui isi ceritanya atau ada hal lain tentang Syarifah yang mereka ketahui. Ah… sudahlah, lebih baik kunikmati dulu pengalaman pribadinya.

Satu persatu kalimat itu meluncur dengan lancar dari mulut mungilnya. Mulanya, suaranya lantang, tegas walau ada sedikit getaran halus dari intonasinya.
“Aku hidup di tengah keluarga yang harmonis, ayah dan ibuku sayang padaku, aku mempunyai dua orang adik yang masih kecil-kecil”, cerita Syarifah dengan mantap.

Dengan panjang lebar, ia ceritakan tentang keluarganya dan tentang kehidupan ekonominya. Sampai pada sebuah kalimat, ia tak sanggup melanjutkan bahkan dengan tiba-tiba ia menjerit dan menangis sejadi-jadinya.
“Malam itu terjadi pertengkaran antara ayah dengan ibuku, aku sempat mendengar kalau ibu sudah tak sanggup menghadapi keadaan yang serba kekurangan dan mendesak ayah bekerja lebih keras lagi, ayahku pergi dan tak … pernah kembali lagi sampai akhirnya ayah kudengar kawin lagi, kalimat itu terputus.

Syarifah kusuruh kembali ke tempat duduknya, walaupun kutahu cerita itu belum selesai. Bahunya terguncang sambil menelungkupkan kepala di atas kedua lengannya. Teman-temannya turut terhanyut oleh ceritanya.

Segera kucoba netralisir keadaan kelas dengan sedikit lelucon dan humor. Syarifah pun kudekati, kuusap kepalanya, Ia agak sedikit tenang. Aku mencoba menenangkannya dengan sedikit nasihat walau dadaku juga terasa sesak menyimak ceritanya.

Tanpa terasa bel berbunyi yang menandakan materi pelajaranku harus kusudahi di kelas ini. Aku simpan hasil pekerjaan anak-anakku untuk kuperiksa lebih lanjut. Termasuk juga Syarifah. Kulangkahkan kakiku sambil menyisiri pinggiran tambak ikan Patin dan Gurami yang ada di lingkungan sekolah. Ya Alloh, kuatkanlah hati , kokohkan semangat anak didikku dalam menimba ilmu sehingga mereka dapat mencapai cita-citanya.

Masih banyak Syarifah yang lain yang lebih memerlukan perhatian kita, mereka ingin melanjutkan sekolah walau dalam kondisi yang memprihatinkan. Angin semilir sejuk menerpa wajahku, satu pelajaran berharga telah kudapatkan hari ini.

1 komentar:

Anonim mengatakan...

nasib anak bangsa tanggung jawab kita bersama

Kegiatan Lesson Study (do)

Kegiatan Lesson Study  (do)
Ruang Kelas VII C SMP Negeri 11 Banjarmasin

Total Tayangan

Loksado,Kandangan Slideshow: Siti’s trip to Kalimantan, Indonesia was created by TripAdvisor. See another Kalimantan slideshow. Create your own stunning free slideshow from your travel photos.